Rabu, 09 Agustus 2017

Isi Kandungan Surat Al-Kafirun

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
  لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
 وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُد
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“ Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

  1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!"
  2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
  3. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah
  4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
  5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah
  6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku. [QS. Al-Kafiruun : 1-6]

Demikian tadi teks surat Al Kafirun beserta terjemahannya, sekarang kita mempelajari kandungannya

 Kandungan Isi QS. Al Kafirun
Secara umum, surat al-Kafirun memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhiduluhiyah (tauhid ibadah).Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Melihat pentingnya kedua kandungan makna surat ini sehingga perlu ditegaskan kembali dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar secara jelas di bawah ini, seperti:

  1. Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memanggil orang-orang kafir dengan khi tab (panggilan) ’Yaa ayyuhal kafirun’ (Wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khi tab semacam’ Ya a ayyuhan naas’ (Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
  2. Pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu sekaligus kepada setiap orang kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
  3. Pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek- praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.
  4. Allah menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksinash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nash yang sama persis. Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
  5. Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya: ’Lakum diinukum wa liya diin’ (Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya.
  6. Sikap pengakuan terhadap kemajemukan dalam hal beragama namun bukan pengakuan pembenaran terhadap agama lain. Dan hal itu didukung oleh pernyataan yang menegaskan bahwa, tidak boleh ada pemaksaan untuk masuk agama Islam, apalagi agama yang lain, yakni dalam firman Allah: ”Laa ikraaha fiddiin” (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Dan hal itu lebih dikuatkan lagi dengan dibenarkannya kaum mukminin bergaul, berhubungan, berinteraksi dan bekerjasama dengan kaumkaf irin dalam berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, bisnis dan perdagangan, politik, pemerintahan dan kenegaraan, dan lain-lain. Yang jelas semua bidang selain bidang khusus agama yang mencakup masalah aqidah dan ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengertian Toleransi

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang berarti  toleransi  yang mempunyai arti bermurah hati, kata lain dari tasamuh adalah  'tasahul...